Laporan Praktikum Kimia Analisa Kualitatif Beberapa Kation

Desember 06, 2018



ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Analisa Kualitatif Beberapa Kation” yang bertujuan untuk mengetahui cara analisis beberapa kation. Prinsip yang digunakan adalah analisa kualitatif, dimana praktikan melakukan percobaan dengan mencampur beberapa larutan dengan reagen yang spesifik untuk dilihat apakah terbentuk kation atau tidak. Adapun hasil yang didapat adalah terdapat sebagian larutan yang menghasilkan endapan dan sebagian larutan hanya mengalami perubahan warna. Kesimpulan dari percobaan ini adalah pembentukan kation dapat ditandai dengan adanya perubahan warna atau adanya endapan.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Senyawa-senyawa dialam dapat mengalami suatu proses kimia seperti proses ionisasi sehingga senyawa-senyawa dialam dapat mengalami ionisasi menjadi kation. Suatu jenis kation sangat sulit dibedakan secara langsung tanpa suatu proses analisis. Metode analisis kualitatif menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis kation suatu larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Reaksi identifikasi adalah salah suatu cara untuk mengenal ion-ion kation dalam larutan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu. Setiap ion akan memberikan hasil reaksi tertentu untuk membedakan dengan ion-ion yang lain. Dengan adanya pemisahan suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang tercampur. Selain itu juga dapat digunakan untuk kasus-kasus keracunan logam. Identifikasi kation banyak dilakukan pada bagian bahan obat, bahan baku, dan sediaan obat. Namun keduanya juga dapat sebagai pencemar yang perlu diketahui keberadaanya.
Seluruh manusia dimuka bumi ini senantiasa membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidup. Makanan yang dikonsumsi akan masuk kedalam sistem tubuh dalam bentuk ion-ion. Ion yang terbentuk berupa kation. Kita akan mengamati bahwa larutannya positif mengandung kation dengan menggunakan larutan yang berbeda-beda. Klarifikasi ini didasarkan atas suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia dengan membentuk endapan atau tidak. Sehingga dapat diketahui bahwa larutan tersebut mengandung kation atau tidak.

1.2. Tujuan Percobaan
 Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara analisis beberapa kation.

1.3. Manfaat Percobaan
 Manfaat dari percobaan ini adalah mampu mengetahui cara menganalisis beberapa kation dalam suatu larutan, mampu menguji ion-ion positif yang terkandung dalam suatu larutan, mampu mengetahui adanya endapan atau tidak dalam suatu larutan yang diuji, serta mampu melihat perubahan warna yang terjadi pada suatu larutan.



BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif. Analisis kualitatif kation-kation di klasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut dengan reagensia golongan secara sistematik, dapat ditetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation. Reagensia golongan yang dipakai untuk klarifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, hidrogen sulfida, dan ammonium karbonat. Klarifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak (Svehla, 1985).     
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sampel (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada. Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang kan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu (Day, 1998).
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan. Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan  (Keenan, 1999).                                         
Tujuan utama analisis adalah untuk menemukan dan mengidentifikasi komponen dalam zat kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif, seperti terbentuknya endapan, warna, gas maupun data non numerik lainnya. Umumnya dari analisis kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi kasar dan komponen penyusun suatu analit. Analisis kualitatif biasanya digunakan sebagai langkah untuk analisis kuantitatif. Pada berbagai cara analisis modern, seperti cara-cara analisis spektroskopi dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu dan biaya analisis yang dilakukan  dapat ditekan seminimal mungkin dan perolehan hasilnya lebih akurat (Chadijah, 2012).                                                
        Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualiatatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dilakukan dengan penyaringan ataupun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya ( Masterton, 1990).
Dua puluh kation yang lazim dapat dianalisis dengan mudah dalam larutan berair. Kation-kation ini dapat dibagi ke dalam lima golongan berdasarkan hasil kali kelarutan garam tak larutnya. Karena suatu larutan tak diketahui bisa saja mengandung satu atau semua dari 20 jenis ion tersebut, analisis harus dilakukan secara sistematis dari golongan I sampai golongan V. Prosedur umum untuk memisahkan ion-ion dengan menambahkan reagen pengendap pada larutan tak diketahui. Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya:              
   1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendapkan kation golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida semaksimal mungkin dan menghindari terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl2larut kembali dalam bentuk kompleks sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2 , tetap stabil.                           
2. Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak larut.                          
   3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer ammonium-amonium klorida). Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-logam diendapkan sebagai sulfida, kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air.besi, almunium, dan mangan (sering disertai sedikit mangan) atau golongan IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya amonium klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini bermacam-macam. Kation golongan IIIB diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan mengalirkan gas H2S dalam larutan analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer NH4Cl dan NH4OH).                                                                                                                 4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.    5.Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+. Untuk menentukan adanya kation NH4+harus diambil dari larutan analit mula-mula. Untuk kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+, Na+, dan K+ (Chang, 2005).
 Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya. Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Ion-ion logam pada golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifuge, endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia (Harjadi, 1990).
Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Sebagai suatu gambaran, penambahan HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya akan mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+) dan raksa (Hg2+). Setelah ion-ion golongan ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya golongan lain. Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan, berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut. Skema di bawah ini memperlihatkan pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai dengan V berdasarkan sifat kimianya. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation (Vogel, 1985).




DAFTAR PUSTAKA
Chadijah, Sitti. 2002. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Alauddin University Press, Jakarta.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga. Terjemahan dari General Chemistry, The Essential Concepts, oleh Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung, Erlangga, Jakarta.

Day, R.A. and  Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Terjemahan dari Quantitative Analysis, oleh Iis Sofyan, Erlangga, Jakarta.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia, Jakarta.

Keenan, Charles W. 1999. Kimia Untuk Universitas. Terjemahan dari General College Chemistry, oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Masterlon, W.L. 1990. Analisa Kualitatif. Erlangga, Jakarta.
Svehla G. 1985. Textbook Of Makro and Semimicro Qualitative Inorganik Analysis.    Terjemahan oleh Setiono dan Hadyana Pudjaatmaka, Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.
























 

Laporan Praktikum Kimia Analisa Kualitatif Beberapa Anion

Desember 06, 2018



ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Analisa Kualitatif Beberapa Anion” yang bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa sifat anion. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah analisa kualitatif. Hasil dari percobaan ini adalah terbentuknya endapan, adanya gas H2S, adanya bau pipa terbakar, dan menghasilkan larutan putih keruh beserta endapan. Kesimpulan percobaan ini yaitu anion teridentifikasi dengan adanya ion sulfat, sulfida, karbonat, dan klorida pada suatu larutan.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyak ion-ion yang terlarut yang dapat dijumpai di laut, limbah, sungai. Unsur logam akan membentuk ion positif, sedangkan unsur non logam akan membentuk ion negatif.. Ion-ion tersebut berupa kation dan anion. Untuk menganalisis ion-ion tersebut sangat menarik untuk dipelajari. Analisis yang dimaksud adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau struktur bahan kimia, cukup banyak jenisnya, sesuai dengan bahan jenis kimia yang terdapat dalam sampel.
Analisis kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakan untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisis ini dinamakan analisis kualitatif karena hanya menentukan jenis ion didalam larutan. Analisis tidak selalu menyatakan sumber senyawa yang menghasilkan ion, atau banyaknya kualitas ion. Misalnya bukan massa atau konsentrasi senyawa. Analisa adalah salah satu cara efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ion didalam larutan.
Anion merupakan ion bermuatan negatif. Anion merupakan penyusun suatu senyawa, sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara sederhana dapat dilakukan dengan menganalisis anion yang dikandungnya. Dua aspek penting dalam analisa kualitatif beberapa anion, yaitu pemisahan dan identifikasi. Kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi-reduksi, sifat penguapan, dan ekstraksi. Sifat-sifat ini menentukan kecendrungan dari larutan klorida, karbonat, sulfida, dan sulfat.

1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adaah mengidentifikasi beberapa sifat anion.

1.3. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah mampu menguji dan memisahkan ion-ion negatif yang terkandung dalam suatu larutan serta mampu mengidentifikasi keberadaan anion dalam suatu larutan.




BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisa kualitatif membahas identifikasi zat-zat yang terdapat dalam suatu unsur atau senyawa pada suatu sampel. Pada pokoknya tujuan analisa kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur. Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia yang tidak diketahui. Metode analisis kualitatif menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion suatu larutan (Keenan, 1999).
            Secara umum, ion adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik. Ion yang bermuatan negatif yang menangkap satu atau lebih elektron disebut anion, karena anion tertarik menuju anoda. Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih elektron disebut kation, karena kation tertarik menuju katoda. Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation hanya saja pada analisis anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis seperti analisis kation. Analisa anion dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pemeriksaan darah, urin, dan sebagainya. Beberapa anion menunjukkan kemiripan yang sama dalam pemeriksaan (Harjadi, 1990).
Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Namun ini hanya dianggap berguna untuk memberikan indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Selain itu, juga untuk memastikan hasil-hasil yang diperoleh dengan prosedur-prosedur yang lebih sederhana. Skema klarifikasi berikutnya ternyata telah berjalan dengan baik dalam praktek. Kelas A dibagi menjadi sub kelas gas-gas dilepaskan asam klorida encer dan gas-gas uap dilepaskan dengan asam sulfat. Kelas B dibagi menjadi sub kelas reaksi pengendapan dan oksida dalam larutan (Day, 1992).
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada. Dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+. Anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl2 larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air dingin (Svehla, 1985).
Analisis kualitatif adalah analisis yang berhubungan dengan metode pengamatan terhadap data suatu percobaan atau analisis yang berhubungan dengan identifikasi terhadap zat atau senyawa yang belum diketahui sebelumnya. Analisis kualitatif meliputi pengamatan terhadap semua jenis kation maupun anion yang mungkin ada dalam bentuk sampel. Anion merupakan unsur non logam yang bermuatan negatif. Senyawa anion terbentuk ketika atom non logam memperoleh satu atau lebih electron. Pengujian anion diawali dengan uji pendahuluan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran ada atau tidak anion tertentu maupun kelompok anion yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Jenis-jenis anion yang umum dijumpai dibagi atas empat golongan. Golongan I (golongan asam-asam yang mengandung oksigen) terdiri dari HNO3, HClO3, H2CrO4, dan HMnO4. Golongan II (golongan asam-asam yang tidak mengandung oksigen) terdiri dari H2S, HCl, HBr, HI, dan HCNS. Golongan III (golongan asam sulfat) terdiri dari H­2SO3, H2SO4, dan H2C2O4. Golongan IV (golongan sisa) terdiri dari H3PO4, H3AsO4, H2CO3, dan CH3COOH (Chadijah, 2012).
Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sampel yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada. Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu (Sukardjo, 1985).
   Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3 yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata. Pada anion, istilah yang perlu dipakai adalah gugus lain yang terikat pada ion logam, yang dikelompokkan sebagai berikut :
 1. Anion sederhana seperti O2, F2, CN-                                                                        
 2. Anion okso diskret seperti NO3- dan SO42-                                                                            
3. Anion polimer okso seperti silikat atau fosfat kondensi                                     
4. Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen. Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida (Besari,1982).                                                                                            
    Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstra soda.Dari hasil analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada, dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada dalam larutan sampel.Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl2 larut dalam air panas.Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air dingin. Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil.Reaksi ini terdapat beberapa macam jenis, diantaranya:
1.      Uji Manik fosfat
Digunakan garam mikroskomik, natrium ammonium hidrogen fosfat tetrahidrat, manik tembus cahaya tak berwarna mengandung natrium metafosfat.
2.      Uji Nyala
Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelehan yang terletak pada kira-kira sepertiga ketinggian nyala, daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat lelehan zat dan juga melengkapi dalam menguji keatsirian relative dari zat-zat atau campuran zat.
3.   Uji Spektroskopi
Untuk memisahkan cahaya atau rona-rona komponennya dan mengidentifikasikan kation yang ada oleh perangkat rona yang khas itu.
4. Pemanasan
Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung pengapian
yang dibuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen, mula-mula dengan lembut dan kemudian dengan lebih kuat.
5. Uji Manik natrium karbonat
Manik natrium karbonat disiapkan dengan melelehkan natrium karbonat pada lingkaran kawat Pt dalam nyala Bunsen, diperoleh pantulan kecil tak tembus cahaya, jika dibasahi, maka akan dibenamkan dalam kalium nitrat dan sedikit mangan, sehingga terbentuk manik hijau natrium manganat.
6. Uji Pipa Tiup
Suatu nyala mengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa dengan pipa itu kira-kira sepertiga kedalam nyala dan meniup dengan lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak pembakar.
7. Uji Manik Borak
Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala mereduksi bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati.Kemudian manik itu dipanasi dalam nyala mengoksida bawah, biarkan dingin dan warnanya diamati lagi (Brady, 1995).



 DAFTAR PUSTAKA
Besari, Ismail. 1982. Kimia Organik untuk Universitas. Amicro Bandung, Bandung.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas. Terjemahan dari General Chemistry Principles, oleh Sukmariyah Maun, Binarupa Aksara, Jakarta.
Day, R.A. and Underwood, A.L 1992. Analisis Kimia Kuantitatif . Terjemahan dari Quantitative Analysis, oleh Iis Sofyan, Erlangga, Jakarta.
Chadijah, Sitti. 2012. Dasar-Dasar Kimia Analitik. UIN Press, Makassar.  
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia, Jakarta.
Keenan, Charles W. 1999. Kimia Untuk Universitas. Terjemahan dari General College Chemistry, oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Bina Aksara, Yogyakarta.
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.










Laporan Praktikum Kimia Stoikiometri Reaksi

Desember 04, 2018




ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul "Stoikiometri Reaksi " yang bertujuan untuk menentukan stoikiometri reaksi Pb(NO3)2 + NaCl + H2O. Prinsip percobaan ini menggunakan analisa kuantitatif karena menghitung massa yang terbentuk dari hasil percobaan. Metode yang digunakan adalah metode job atau metode variasi kontinu, dimana dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan kuantitas molar totalnya sama dan menvariasikan volume. Hasil dari reaksi Pb(NO3)2 + NaCl + H2O adalah berupa endapan yang dipengaruhi oleh konsentrasi zat dan didapatkan hasil massa residu pada 4 kali percobaan dengan volume yang berbeda ialah 0,123 gr, 0,333 gr, 0,428 gr dan 0,001 gr. Kesimpulan tentang diadakan pengulangan percobaan untuk mengetahui perbandingan konsentrasi dan massa residu yang dihasilkan dari reaksi stoikiometri serta dapat mengetahui salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya endapan yaitu konsentrasi zat.




 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Reaksi kimia biasanya terjadi antara dua campuran zat, buakn antara dua zat murni. Suatu bentuk yang paling lazim dari campuran adalah larutan reaksi kimia. Larutan reaksi kimia berhubungan sekali dengan hubungan kuantitafi antara reaktan dan produk. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan kunatitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia. Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif stokiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian terdapat suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan yang habis disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan.
Pengetahuan tentang stoikiometri sangat penting dalam merencanakan suatu eksperimen maupun dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita dapat mencampurkan atau mereaksikan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai dan kita dapat memperkirakan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga tubuh. Hormon insulin manusia diproduksi di laboratorium dengan mengunakan bakteri, nitrogen yang dikombinasi dengan hidrogen untuk membentuk amoniak, dan sebagainya. Penyertaan usnur-unsur atau senyawa tersebut sangat berkaitan dengan stoikiometri. Dalam ilmu kimia stoikiometri terkadang disebut dengan stoikiometri reaksi untuk membedakan komposisi.
Banyak yang belum mengetahui bagaimana suatu unsur atau senyawa bereaksi dengan unsur atau senyawa yang lain. Dan mereka hanya mengetahui bahwa unsur tersebut bereaksi tanpa mengetahui apa penyebab dari senyawa itu dapat bereaksi. Oleh karena itu kami melakukan percobaan ini agar mahasiswa atau masyarakat dapat mengetahui dan menentukan stoikiometri reaksi sistem. Percobaan ini melakukan pengamatan dengan jumlah/ total yang sama tetapi jumlah masing-masing pereaksi berubah-ubah (bervariasi). Jumlah pereaksi yang berbeda akan merubah hasil reaksi yang akan direaksikan.

1.2.       Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan stoikiometri reaksi sistem : Pb(NO3)2 + NaCl + H2O.

1.3.       Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat menghitung jumlah mol dari setiap larutan dengan molar dan volume masing-masing larutan khususnya dari larutan Pb(NO3)2 dan NaCl. Praktikan juga dapat menghitung massa endapan yang terbentuk dari hasil pencampuran Pb(NO3)2 dengan NaCl.


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, kata stoicheion berarti unsur dan metrein berarti mengukur. Pengertian unsur didalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur atau senyawa dalam reaksi kimia. Istilah stoikiometri (stoichiometry) berarti mengukur unsur-unsur tetapi dari pandang praktis. Stoikiometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom dan massa rumus, rumus kimia, dan persamaan kimia. Stoikiometri juga dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. (Petrucci, 2008)                   
     Reaksi kimia telah mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai contoh : makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna berubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan Hidrogen bergabungn membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk, bahan bakar dan plastic dihasilkan dari minyak bumi. Pati dalam tanaman dalam daun disintetis dari CO2 dan H2O oleh pengaruh energi matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia. Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. (Syukri, 1999) Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Hukum dasar kimia adalah sebagai berikut :                                                              
        a)    Hukum Boyle (1662)      
  ”Bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan tekananya”                                                                                                                                                     P1.V1 = P2.V2                                              
  b)    Hukum Lavoiser / Hukum Kekekalan Massa (1783)                                                            “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.”                    
  c)    Hukum Proust  / Hukum Perbandingan Tetap (1799)                         
 “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap”                                                                                                                    
   d)     Hukum Gay Lussac (1802)                        
    “Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai bilangan bulat dan sederhana”
P1/T1 = P2/T2

e)       Hukum Boyle – Gay Lussac (1802)
"Bagi suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah konstan"
P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
f)      Hukum Dalton / Hukum Kelipatan Perbandingan (1803)
“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”
g)      Hukum Avogadro (1811)
“Gas-gas yang memiliki volume yang sama, pada temperatur dan tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.”
h)      Hukum Gas Ideal (1834)
PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas ideal.
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (mol)
R = konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K)
T = suhu mutlak gas (K)  (Barsasella, 2012)
            Massa suatu atom terkait erat dengan jumlah elektron, proton, dan neutron yang dimiliki atom tersebut. Massa atom diukur dalam satuan massa atom (sma), satuan relatif yang didasarkan pada nilai yang tepat 12 umtuk isotop karbon-12. Massa atom dari atom unsur tertentu biasanya adalah nilai rata-rata dari distribusi isotop alami unsur tersebut. Massa molekul dari suatu molekul adalah jumlah massa atom dari atom-atom yang ada pada molekul tersebut. Massa atom dan massa molekul dapat ditentukan secara tepat dengan menggunakan spektrometer massa. (Chang,2005)                                                                                           
              Massa atom relatif diartikan sebagai perbandingan massa atom unsur tersebut terhadap massa atom unsur lainnya. Massa atom relatif unsur-unsur yang dijumpai di alam dapat diperoleh sebagai rata-rata dari massa isotop setiap unsur, ditimbang berdasarkan fraksi kelimpahannya. Massa atom relatif tidak memiliki satuan karena angka ini merupakan nisbah dari dua massa yang diukur, apapum satuan yang digunakan ( gram, kilogram, dan lain-lain). Massa molekul relatif suatu senyawa merupakan jumlah dari massa atom relatif  unsur-unsur penyusunnya, masing-masing dikalikan dengan jumlah atom unsur-unsur penyusunnya, masing-masing dikalikan dengan jumlah atom unsur-unsur itu dalam satu molekul. (Oxtoby, 2011)        
          Hubungan paling pokok pada perhitungan kimia, meliputi jumlah relatif atom atom, ion atau molekul. Untuk menghitung jumlah atom, erat kaitannya dengan massa. Untuk itu diperlukan pemantapan hubungan antara massa suatu unsur yang diukur dan beberapa atom yang diketahui tetapi tidak dapat dihitung dalam massa itu. Jumlah yang diambil sebagai jumlah atom adalah 6,025 x 1023 dikenal dengan bilangan avogadro. Istilah lain yang hampir satu arti dengan bilangan avogadro adalah mol. (Petrucci, 1992)
           

DAFTAR PUSTAKA
Barsasella, D. 2012. Kimia Dasar. Trans Info Media, Jakarta.
Chang, Raymond. 2005. Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Terjemahan dari General Chemistry : The Essential Concepts Third Edition, oleh Abdul Kadir dkk, Erlangga, Jakarta.
Oxtoby, Gillis and Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Moderm Edisi Keempat. Terjemahan dari Principles of Modern Chemistry Fourth Edition, oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1. Terjemahan dari General Chemistry Principle and Modern Applications Fourth Edition, oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 2008. Kimia Dasar. Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 1. Terjemahan dari General Chemistry, Principles and Modern Application Ninth Edition, oleh S. Achmadi, Erlangga, Jakarta.
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung, ITB.